Header Ads

Header ADS

BREAKING NEWS :
Loading...

Memahami Bisnis: Menangkap Aliran Uang


 

Untuk menggeluti dunia bisnis, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu hakikat bisnis dalam konteks praktis. 

Apa itu bisnis? Adalah upaya untuk menangkap aliran uang. Uang mengalir dari pengguna jasa atau pembeli produk barang. 

Menangkap uang adalah bagaimana melayani jasa atau menjual produk barang kepada pengguna atau pembeli.

Melayani orang untuk memperoleh apa yang ia butuhkan, baik berupa jasa layanan atau produk barang pada hakikatnya adalah upaya menangkap aliran uang.

Oleh karena itu, memulai berbisnis harus diawali dengan pengamatan dari mana dan kemana uang itu biasa mengalir. Layanan jasa apa saja yang dibutuhkan? Produk barang apa saja yang diperlukan oleh banyak orang?

Penuhi kebutuhan orang akan jasa layanan. Penuhi kebutuhan orang akan sutu produk barang yang akan dikonsumsi atau digunakan.

Upaya melayani untuk memenuhi kebutuhan orang adalah cara menangkap aliran uang. Itulah hakikat bisnis dalam konteks praktis.

Di mana ada keperluan orang akan suatu produk barang atau jasa layanan, di situlah kita bisa hadir membuka bisnis untuk melayani kebutuhan mereka.

Lantas, bagaimana sebuah bisnis itu dikatakan bagus dan punya prospek? Adalah ketika suatu bisnis mendatangkan aliran uang kepada pemilik bisnis secara lebih cepat dan terus tumbuh membesar atau lebih kencang aliran uangnya masuk sebagai pendapatan.

Fokuslah pada aliran uang. Seberapa deras aliran uang itu diperoleh dari bisnis yang digeluti. Bisnis dengan aliran uang yang cukup lancar adalah bisnis yang layak untuk dipelihara dan terus dikembangkan.

Sebaliknya, bisnis yang seret dalam aliran uangnya harus dianggap bisnis yang tidak perlu dipertahankan. Betapapun, secara subyektif memiliki gengsi sosial yang dianggap tinggi.

Tinggalkan bisnis yang kurang lancar aliran uangnya, geluti bisnis yang arus uang mengalir cukup deras ke arah kantong pemilik bisnis.

Hindari bisnis hanya berpaku pada gengsi atau malah sekadar untuk memperoleh status sosial. Itu bisnis semu, hanya akan menggerogoti modal, menghabiskan waktu dan energi.***





5 komentar:

  1. pelajaran yang saya bisa ambil dari artikel di atas adalah kita harus percaya diri dan yakin dengan kerja keras atau usaha kita walau dengan memulai pekerjaan atau bisnis kecil tidak usah gengsi karena mungkin bisnis yang awalnya kecil bisa menjadi besar di kemudian hari selagi kita bisa mengelolanya dan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik.Jangan besar gengsi karena jika anda mementingkan gengsi anda tidak akan bisa melanjutkan bisnis dan anda tidak akan mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup

    BalasHapus
    Balasan
    1. pelajaran yang saya bisa ambil dari artikel di atas adalah kita harus percaya diri dan yakin dengan kerja keras atau usaha kita walau dengan memulai pekerjaan atau bisnis kecil tidak usah gengsi karena mungkin bisnis yang awalnya kecil bisa menjadi besar di kemudian hari selagi kita bisa mengelolanya dan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik.Jangan besar gengsi karena jika anda mementingkan gengsi anda tidak akan bisa melanjutkan bisnis dan anda tidak akan mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup

      NOVITA DIAN FATMAYANTI
      X IPS 2
      26

      Hapus
  2. terimakasih ibu sangat membantu untuk memulai bisnis dan mudah dipahami
    Maulina Zalfa Zahira (17)
    X MIPA 1

    BalasHapus
  3. Dari artikel diatas saya mengerti bahwa untuk memulai bisnis perlu diawali dengan rasa percaya diri dan kerja keras, serta motivasi² yang mendukung.
    Artikelnya sangat membantu, dan mudah untuk dipahami. Terimakasih ibu telah memberikan kami pengetahuan tentang mulai berbisnis


    Ezza Amalia Putri (12)
    X MIPA 6

    BalasHapus
  4. dari artikel tersebut,memulai bisnis harus diawali dengan rasa percaya diri,dan hindari bisnis hanya berpaku pada gengsi atau sekadar memperoleh status sosial.Itu akan menggerogoti modal, menghabiskan waktu dan energi.
    Hilfi Marsya
    x mipa 6

    BalasHapus

Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Diberdayakan oleh Blogger.