Header Ads

Header ADS

BREAKING NEWS :
Loading...

Hati-Hati Kenalan di Facebook, Jangan Terjebak Sindikat Narkoba Internasional

Oleh Srie

Apakah anda pernah menerima pesan inbox di facebook dari seseorang yang akunnya mengaku berasal dari negara tertentu, misal dari Eropa atau Amerika Serikat?

Hati-hati berkenalan dengan orang yang mengaku dari luar negeri seperti itu. Mengapa? Karena ada kemungkinan anda akan dimanfaatkan untuk menjalankan kepentingan bisnis haramnya.

Lalu, apa hubungannya? Akhir-akhir ini, para pelaku bisnis haram narkoba memanfaatkan perkenalan melalui dunia maya untuk mengakali pengiriman barang terlarang itu.

Modusnya, sang pemilik akun di Facebook yang mengaku dari luar negeri itu, pura-pura hendak menjalin pertemanan lebih khusus dengan cara meminta alamat email, dan identitas lengkap kita.

Biasanya, sang pemilik akun ini memperkenalkan diri sebagai seseorang yang berprofesi tertentu yang dianggap mapan, dan tinggal di kota besar di Eropa, misalnya London atau Paris.

Kebetulan, saya sempat menerima pesan dari seseorang yang mengaku Anderson Dawson, yang mengaku berumur 55 tahun, seorang insinyur dan beralamatkan di London.

Pesan disampaikan dalam bahasa Indonesia, yang amat diduga kuat berkat terjemahan Google. Berikut ini adalah contoh perkenalan awal dia, di mana saya sempat menyalinnya.


Halo,
Terima kasih karena telah menerima saya.
Aku hanya melihat profil Anda dan saya akan ingin menjadi teman lemari Anda.


Salam
Nama saya adalah Anderson dawson dan saya Engineer Konstruksi dan seorang pria yang keren dan lucu saya bercerai dan dari bersatu
Kerajaan london.
Dan Anda?


Saya Anderson, 55years, Perceraian tidak pernah menikah, satu anak. baru di sini dan memberikan it a try, cos aku punya pengalaman yang sangat buruk dalam hubungan, sekarang tidak bermain game mencoba untuk mencintai lagi, pertama memungkinkan menjadi teman dan yang bersedia Tuhan lebih. am fron London sekarang, mari kita menjadi teman dan mengenal satu sama lain lebih baik, itu akan menjadi besar untuk berkomunikasi dengan email pribadi, jadi kita bisa berkenalan dan berbagi foto. Kirimi saya email Anda, sehingga saya dapat menghubungi Anda segera atau mengirim e-mail di: aderson.dawson @ yahoo.com.


Ngaku di London, Padahal di Lagos, Nigeria (Afrika)

Sejak semula, tidak pernah saya langsung tanggapi dia, kecuali saat pertama kali dia mengucapkan terima kasih telah dikonfirmasi pertemanan. Saya cuma balas: Sama-sama, terima kasih juga.

Belakangan, saat dia mengirimi pesan yang hampir sama, saya berikan sedikit profil pribadi saya yang telah lama ada di blog pribadi. Sengaja ini dilakukan, agar segera mengetahui asal negara yang sesungguhnya dari dia.

Dan, terpancing juga dia meng-klik profil saya di blog. Maka, dengan fasilitas dashboard Histat atau Amung yang saya miliki untuk melihat asal negara pembaca blog, diketahui bahwa dia berasal dari Lagos, Nigeria, Afrika.

Padahal, dia mengaku tinggal di London, Inggris, kan? Ternyata di Lagos, Nigeria, sebuah negara yang kini warganya banyak terlibat kasus sindikat narkoba internasional di Indonesia.

Ini adalah bentuk kebohongan. Bukan hanya itu, saya menduga ini terkait dengan modus baru peredaran narkoba di negeri ini.

Modus Pinjam Alamat

Apa modus baru itu? Awalnya, sang pengedar ini berkenalan dengan seseorang, terutama melalui media maya, seperti Facebook. Lalu, minta alamat orang yang baru dikenalnya itu dengan alasan akan mengirimkan sebuah paket khusus untuknya di Indonesia.

Kemudian, apa yang akan terjadi? Benar, bahwa paket itu akan datang. Masalahnya, paket itu berisi barang terlarang. Nantinya, saat paket barang dikirim akan ada seseorang yang khusus menunggui di alamat tersebut, sementara sang pemilik alamat asli nanti akan diakali agar tidak menerima barang kiriman.

Celakanya, paket kiriman sudah diketahui terlebih dahulu oleh aparat BNN (Badan Anti-Narkotika Nasional). Sehingga, saat barang dikirim telah diintai oleh aparat BNN dan petugas kepolisian.

Ketika barang itu sampai di alamat yang dituju, maka sang penerima langsung ditangkap. Lantas, bagaimana nasib sang pemilik alamat asli? Tentu saja akan terlebih dahulu berurusan dengan aparat itu, dengan menjalani proses investigasi dan interogasi.

Malah jadi direpotkan bukan? Bahkan, bisa jadi akan ditahan dan di sidang pengadilan dengan tuduhan sebagai bagian dari jaringan peredaran narkoba internasional.

Kejadian Terakhir

Modus pinjam alamat atau pinjam KTP untuk pengiriman barang narkoba, terakhir terjadi pada akhir Januari 2013 lalu. Alamat yang dipinjam adalah di Jakarta, yang menerima kiriman barang narkoba berasal dari India.

"Tersangka mengaku meminjam KTP orang lain untuk pengiriman paket tersebut. Padahal dirinya sendiri punya KTP. Karena kiriman itu berisi narkoba, makanya ia pinjam KTP orang lain," kata Sumirat Dwiyanto, Kabag Humas BNN, Rabu (23/1), sebagaimana dikutip dari sini.

Beberapa waktu sebelumnya, juga terjadi hal yang sama, di mana seorang perempuan muda di kota di Jawa Tengah, menerima kiriman paket semacam itu.

Ini adalah modus lain, yang merupakan bagian dari modus lainnya, yaitu dengan membangun pertemanan, kemudian pacaran dan meminjam KTP sang “pacar” untuk membuka rekening di sebuah Bank.

Gunanya, tak lain adalah untuk dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan narkoba dalam melakukan transfer uang sebagai bagian transaksi jual beli barang haram tersebut. Biasanya, sang “pacar” akan langsung ditinggalkan saat nomor rekening dan kartu ATM sudah ditangan pelaku kejahatan itu. [Beritanya di sini].

Hati-Hati

Akhirnya, bersikaplah hat-hati dan waspada atas pertemanan semacam itu. Jangan pernah langsung percaya terhadap orang-orang dengan akun yang mengaku-ngaku memiliki pekerjaan yang wah dan tinggal di kota-kota besar di Eropa atau Amerika.

Ingat, jangan pernah kirimkan identitas dan alamat lengkap anda, apalagi mengirimkan fotokopi KTP. Karena, hal itu merupakan awal dari penggarapan pelaku kejahatan terhadap anda dalam menjalankan bisnis haram di Indonesia.

Semoga, tidak ada korban penipuan (terutama kaum perempuan) semacam ini lagi di Indonesia.*** [Srie]

Tidak ada komentar

Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Diberdayakan oleh Blogger.