Header Ads

Header ADS

BREAKING NEWS :
Loading...

Cerita Anak TK di Jepang Yang Diseret Gurunya Untuk Berjalan Kaki

 


Ini kisah nyata dari seorang bapak, WNI,  yang istrinya menjadi salah seorang atase di Kedutaan Besar (Kedubes) RI di Tokyo, Jepang. Ia pernah bercerita bagaimana masyarakat Jepang mendidik anak-anaknya sejak dini.

Diceritakannya, bahwa saat dirinya mengantarkan anaknya sekolah di sebuah TK Internasional di Jepang, sempat terkejut melihat apa yang terjadi dengan sang anak. Saat itu masih beberapa meter dari gerbang sekolah. Ada jarak sekitar 50 meter, posisi ruangan kelas TK dari gerbang sekolah. 

Tiba-tiba, ia terdengar teriakan seorang ibu mengarah ke dirinya. Berkali-kali teriakan itu diucapkan, sayangnya ia belum mengerti apa yang dikatakannya. Beberapa saat kemudian, ia baru paham saat si ibu menunjuk-nunjuk ke arah anaknya yang masih kecil.

Sang ibu, yang kemudian diketahui adalah seorang guru TK di situ, meminta si anak untuk turun dari gendongan sang ayah. Maka, segera ia turunkan anaknya. Meski saat itu masih belum paham juga apa maksudnya.

Bukan hanya selesai di situ. Sambil berjalan,  bu guru lantas menarik tangan si kecil agak kuat. Karena, anak sedikit melakukan perlawanan, enggan menuruti perintahnya. Bahkan sang ibu berusaha terus menyeretnya, meski si anak mulai terlihat menangis. 

Sang ayah  menatapi terus anaknya yang diseret untuk terus berjalan kaki menuju ke ruang kelasnya. Sangat jelas, anak meminta tolong kepada ayahnya untuk melepaskan diri dari genggaman si ibu. 

"Saya kaget. Rasanya tidak tega, saya melihatnya. Lah, itu anak kecil. Kok tega dipaksa jalan kaki dengan cara paksa agak diseret, sekitar 50 meter lebih," ujarnya.

Saat itu, sang bapak langsung komplain ke pimpinan sekolah. Diterima langsung oleh Kepala Sekolah di ruangan kerjanya. Ia mendapat penjelasan bahwa salah satu standar pendidikan anak-anak di TK adalah orang tua tidak boleh mengantarkan anaknya hingga masuk gerbang sekolah. Mengajarkan anak untuk berjalan sendiri. 

"Oh....baru ngeh, saya. Ini bedanya pendidikan anak di Jepang dengan di Indonesia," terucap dalam hati si bapak. 

Pantesan, ujarnya, saat ia turun dari stasiun terdekat, banyak anak-anak TK yang berjalan sendiri, tidak ada yang digendong. Padahal, itu jaraknya hampir 1 km. Menyusuri trotoar menuju sekolah.  

Keesokan harinya, si bapak melihat kejadian yang sama. Anaknya menangis, karena dipaksa dan diseret untuk berjalan kaki menuju sekolah. Kejadian terus berulang,  hingga berlangsung selama sepekan. 

Pada hari berikutnya, ia mulai merasakan perubahan. Si anak tidak lagi menangis dan harus dipaksa untuk berjalan kaki. Bahkan, sang anak kini sudah terbiasa pula berjalan kaki sejak dari stasiun terdekat.

Ia kemudian mulai mencari banyak informasi tentang sistem pendidikan anak di Jepang. Disebutkannya, bahwa salah satu materi pendidikan di Jepang mengajarkan anak tentang life skill yang memuat pelajaran tentang kemandirian dalam hidup.

Sejak usia dini, anak-anak di Jepang diajarkan untuk terbiasa mandiri. Di TK, anak-anak diajarkan hal-hal yang sangat sederhana, seperti belajar antri, belajar  memasak, makan sendiri, mencuci alat-alat makan, membersihkan kasur, memakai baju dan celana sendiri, memakai kaos kaki sendiri, dan seterusnya.

Termasuk, mengajarkan anak agar terbiasa berjalan kaki, tidak dimanja terus oleh orang tuanya dengan cara sering digendong. Pelajaran tentang bekal kemandirian dalam hidup kelak. 

Pelajaran life skill yang langsung diterapkan dalam praktik, dilakukan secara berulang-ulang agar bisa menjadi kebiasaan. Seterusnya, akan menjadi bagian dari karakter anak.

Selain life skill, pelajaran penting lain di Jepang adalah masalah moralitas (adab), serta kemampuan berbicara, membaca, menulis dan berhitung.***

1 komentar:

  1. •life skill yang memuat pelajaran tentang kemandirian dalam hidup.
    •masalah moralitas (adab), serta kemampuan berbicara, membaca, menulis dan berhitung.

    Setelah saya membaca artikel di atas sangat lah berpengaruh besar&baik jika kita bisa memahami dan mempelajari ilmu dasar yaitu kamandirian dan adab tidak hanya berlaku di jepang yang diadakannya sistem pendidikan dini dari tk seperti itu.Tetapi semua manusia harus mempelajari betul akan pendidikan tersebut yang terlihat kecil tetapi berdampak pengaruh besar kedepannya.

    Terima kasih atas artikel kisah nyata yang sangat bermanfaat semoga tidak saya pribafi yanga mengetahui tetapi orang lain pun bisa mengetahui kisah ini dengan seksama.

    Muhammad Khoidir Padlan Ismaya(20)
    X MIPA 4

    BalasHapus

Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Diberdayakan oleh Blogger.