Header Ads

Header ADS

BREAKING NEWS :
Loading...

Ajaran Tauhid


Pada awal kehadiran Islam, Nabi Muhammad SAW bukanlah meminta kaum Quraisy untuk mempercayai adanya Allah, sebagai Tuhan. Karena, mereka sesungguhnya sudah mempercayai akan adanya Allah sebagai Tuhan mereka, sama seperti nenek moyang mereka sejak jauh hari sebelumnya.
Namun, Rosulullah membawa misi untuk mengajak mereka agar kembali pada ajaran Tauhid yang pernah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS, nenek moyang mereka sendiri.


Karena, mereka telah melakukan penyimpangan ajaran Ibrahim, berupa perilaku Syirik atau menyekutukan Allah, dengan segala sesuatu yang dianggap serupa dengan Tuhan, baik secara fisik berupa patung berhala, ataupun non fisik, berupa perilaku tirani para penguasa atas rakyatnya, kebanggaan berlebih dan loyalitas sempit pada kelompoknya sendiri, tindakan dzolim kaum kaya atas kaum miskin dan lemah, dan memperlakukan hawa nafsunya sendiri laksana tuhan yang selalu harus dituruti dan ditaati.

Ajaran Tauhid, mengajarkan pengakuan seseorang untuk mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, yang harus disembah, diikuti dan ditaati. Ajaran Tauhid, mengajarkan hanya Allah, satu-satunya Tuhan, tempat kita berharap, bergantung dan meminta pertolongan.

Kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallah” mengajarkan tentang peniadaan tuhan-tuhan apapun, dalam bentuk apapun, baik berupa fisik, maupun non fisik yang menyerupai perlakuan terhadap Tuhan. Ajaran Tauhid mengajarkan tentang peniadaan perbedaan antar sesama mahluk, dan sesama umat manusia, berdasarkan standar dan ukuran sosial, ekonomi, politik dan seterusnya.

Ajaran Tauhid mengajarkan bahwa semua umat manusia adalah sama, untuk diperlakukan, dihargai dan dihormati. Tidak ada alasan kaum bangsawan harus lebih terhormat dari kaum budak belian. Tidak sendirinya, kelompok kaya lebih mulia dari pada kelompok papa. Kata Allah, di hadapan-Nya, hanya ketaqwaan yang membedakan seseorang di antara mereka.

Dalam kalimat tauhid, hanya Allah SWT, Tuhan, satu-satunya yang ada, dan diperlakukan sebagai Tuhan, yang patut disembah, ditaati, dimintai pertolongan, dan menjadi tempat berharap dan bergantung bagi umat manusia.

Kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallah”, juga mengartikan bahwa hanya dari-Nya, kita semua berasal dan hanya akan kembali kepada-Nya, kita nanti akan menghadap-Nya, setelah meninggal dunia. Kesadaran Tauhid berarti kesadaran hidup, bahwa kita harus menjalankan prinsip dan nilai-nilai hidup dari Tuhan yang Esa, untuk kemudian kita harus bersiap-siap untuk diminta pertanggugjawabannya saat nanti kita menghadap-Nya kembali. Kesadaran bahwa kita pasti akan kembali untuk menghadap-Nya, untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan semasa hidup di dunia, menjadi inti dari ajaran Tauhid.

Surga adalah imbalan bagi mereka yang telah banyak berbuat amal baik dan mengamalkan ajaran Tauhid-Nya, sementara Neraka adalah tempat ganjaran bagi mereka yang telah banyak berbuat jahat, dan berlaku Syirik kepada-Nya.

Allah tidak membiarkan begitu saja seseorang untuk memasuki Surga-Nya, dengan begitu mudahnya, secara gratis atau cuma-cuma, tanpa terlebih dahulu ia diperhitungkan kelayakan amaliahnya. Maka, persiapkanlah selalu, dengan berbuat baik, bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Itulah cerminan dari ajaran Tauhid.

Maka, persiapkanlah selalu, dengan bekerja keras, untuk memberi manfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Itulah pelaksanaan dari ajaran Tauhid. Semoga Allah, selalu memberi bimbingan hidayah dan taufiq bagi kita, agar senantiasa dapat berbuat baik, mampu mengamalkan ajaran-Nya. Amiin.***


Tidak ada komentar

Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Diberdayakan oleh Blogger.